Senin, 20 Januari 2020
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Riski
Maulinda Sari
1701180032
Institut
Agama Islam Negeri Palangka Raya
Jurusan
Tarbiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program
Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
A. Pengertian
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
American Academy of Padiatrics 2012 dalam
Maria dan Amalia (2016) menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia
dini adalah kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara
lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi dengan teman
sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar dengan
mengeksplorasi lingkungannya. Perkembangan sosial emosional adalah proses
belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan
ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh dengan
cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.
Menurut Nurjannah (2017) perkembangan
sosial emosional anak usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang
berinteraksi dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan
anak lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan
mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses
penguatan dan modeling.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka
dapat disimpulkan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses
perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang
tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak
dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan
aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi
melalui penguatan dan modeling (contoh).
B. Karakteristik
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Hurlock
(1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5 dan 5,5 – 6,4
tahun.
- . Reaksi
emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang
sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.
- . Reaksi
emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan dengan waktu
yang diinginkannya pula.
- . Emosi
mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli dan anak
sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.
- . Reaksi
emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun reaksi yang
ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor pemicu emosi
- . Keadaan
emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang ditampilkan dan anak
sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi mudah dikenali melalui
tingkah laku yang ditunjukkan.
Hurlock
(1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri anak diantaranya:
- . Meniru
: melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya
- . Persaingan
: keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
- . Kerja
sama : bermain koperatif bersama teman
- . Simpati
: menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain (KBBI)
- . Empati
: menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)
- . Dukungan
sosial : dukungan dari orang sekitar
- . Berbagi
: memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai bentuk keperdulian
- . Perilaku
akrab : hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman sebaya.
Selain perilaku
prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:
- . Negatifisme : perilaku melawan otoritas orang
dewasa
- . Agresif
: perilaku menyerang jika diganggu orang lain
- . Perilaku
berkuasa : menganggap semua benda miliknya
- . Memikirkan
diri sendiri : mementingkan keinginan sendiri
- . Merusak
: membanting atau menghancurkan barang-barang.
C. Tahapan
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan
sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat
menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. pada
masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget
dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena
anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap
ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi
dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)
Menurut
Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai perkembangan sosial dan
mampu bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses. ketiga
proses tersebut saling berkaitan dan apabila terjadi kegagalan dalam satu
proses dari tiga proses tersebut, maka akan menurunkan kadar sosialisasi
individu tersebut. ketiga proses tersebut adalah; pertama, perprilaku yang
dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok masyarakat memiliki standar
perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan peran sosial. Ketiga, perkembangan
proses sosial yakni menyukai orang lain dan kegiatannya. Menurut Moh Padil dan
Trio Supriyatno dalam Musyarofah (2017) perkembangan sosial anak dapat
dilakukan dengan du acara: pertama, proses belajar sosial dan pembentukan
loyalitas sosial.
Pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial anak dapat dikembangkan dengan
cara mengajak anak secara langsung berinteraksi dengan lingkungan sekitanya.
Dengan demikian perlahan kemampuan bersosial dalam diri anak akan terus
berkembang dan pada proses ini juga perkembangan emosi anak juga akan
berkembang.
Musyafaroh
(2017) Berdasarkan teori sosialisasi, anak dapat melakukan proses sosialisasi
pasif maupun sosialisasi aktif. Teori sosialisasi pasif menerangkan bahwa anak
hanya akan memberikan respon kepada orang tua dan mengabaikan orang lain. Teori
sosialisasi aktif yakni sosialisasi yang dilakukan anak dengan mengembangkan
peran sosialnya. Media yang berperan penting dalam mengembangan proses
sosialisasi anak adalah: orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, lingkungan
sosial dan media massa.
Selanjutnya
Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau
afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap
penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan
ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb.
Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan
berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan
berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan
emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar
bilologis dan pengalaman masa lalu.
Sebagian
besar penelitian yang berkaitan pada dengan hubungan sosial manusia,
menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa
kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan berpengaruh untuk
kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada beberapa hal yang
mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:
- . Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.
- . Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.
- . Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan mempengaruhi keaktifan seorang anak dalam berpartispasi di masyarakat hingga ia dewasa.
Ketiga
poin di atas saling berkiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan
menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam
bergaul atau berteman. Dan memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat
anak giat dalam berpartipasi di lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak
usia dini sangat penting dikembangkan sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial
emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan
kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya
dalam memperoleh pekerjaan.
Referensi:
Milyani.
Novi. Upaya meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia dini.
Jurnal Raushan Fikr. Volume 3 Nomor 2 Januari 2014.
Maria.
Ina dan Amalia. Eka Rizki. (2016). Perkembangan aspek sosial emosional dan
kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk anak usia 4-6 tahun. Artikel
Musyafaroh.
Perkembangan aspek sosial emosional anak usia dini di taman kanak-kakan ABA
IV Mangli Jember tahun 2016. Jurnal INJECT Volume 2. Nomor 1. Juni 2017.
Nurmalitasari.
Femmi. Perkembangan sosial emosional pada anak usia prasekolah. Bulletin
Psikologi. Volume 23 Nomor 2. Desember 2015.
Nurjannah.
Mengembangankan kecerdasan sosial emosional anak usia dini melalui
keteladanan. Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam. Volume 14. Nomor
1. Juni 2017.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
. Kamus besar bahasa Indonesia.
(Diakses pada tanggal 14 Januari 2020, 5.36 WIB)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Maa syaa Allah, sangat bermanfaat sekali 🙂
BalasHapus